Refleksi 5. 25 Oktober 2013
Assalamu'alaikum
wr. wb.
Belajar Filsafat dan Mengenal
Beberapa Filusuf Beserta Pemikirannya
Keragu-raguan dalam pikiran adalah
awal munculnya ilmu menurut Rene Descartes, akan tetapi jangan sekali-kali ragu
di dalam hati. Filsafat atau oleh pikir merupakan urusan dunia, sedangkan hati
merupakan urusan akhirat. Ketika merasakan keraguan berlebih, maka hentikan
dulu pikiran kita dan kuatkan hati kita dengan cara menambah ilmu spiritual
atau mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kita jadikan hati sebagai komandan
kita.
Para filusuf tidak menyebarkan
filsafat secara langsung. Para filusuf berpikir kemudian membuat karya berupa
tulisan. Jadi para filusuf terkenal karena karya berupa tulisan hasil pemikirannya.
Ada pula filusuf yang terkenal karena ada filusuf lain yang menulis
biografinya, contohnya adalah Plato yang menulis biografi gurunya yaitu
Socrates.
Emmanuel Kant disebut sebagai
filusuf yang paling lengkap. Hal tersebut karena Emmanuel Kant adalah filusuf
yang berada di “muara” sungai. “Muara” tersebut merupakan pertemuan antara
beberapa sungai ”aliran filsafat” dari filususf-filususf sebelumya.
Sesungguhnya antara filusuf yang satu dengan filusuf yang lain mempunyai
keterkaitan, karena aliran filsafat diibaratkan sungai-sungai yang saling
berhubungan. Sumber aliran sungainya adalah ada dua pemikiran, yaitu oleh
Permenides yang menyatakan bahwa segala sesuatu itu tetap dan penentangnya
yaitu Heraklitos yang menyatakan bahwa segala sesuaitu itu berubah.
Persoalan dalam filsafat adalah
bagaimana kemampuan kita untuk menjelaskan apa yang kita pikirkan kepada orang
lain. Akan tetapi jika sesuatu hal tersebut ada di luar pemikiran kita, maka
persoalan filsafat adalah bagaimana kita dapat memahaminya. Pokok persoalan
filsafat hanya ada dua seperti yang telah disebutkan, karena filsafat merupakan
olah pikir.
Kita harus berhati-hati jika ingin
memilih aliran filsafat untuk kita terapkan dalam kehidupan kita atau pikiran
kita. Kita harus berusaha mempelajari banyaknya aliran filsafat dengan
sebaik-baiknya, tidak sepotong-sepotong, dengan sebenar-benarnya, karena tidak
sedikit aliran yang justru menyesatkan jika kita tidak mampu memahaminya dengan
baik, contohnya adalah pernyataan Nitse “Tuhan telah mati”. Arti pernyataan
tersebut adalah bahwa Tuhan telah mati di dalam hati manusia, manusia sudah
tidak mengingat Tuhan lagi karena terlena dengan dunia. Saat ini adalah zaman
kapitalisme, terlihat dan terasa sekali pragmatisme dan hedonisme manusia zaman
sekarang. Agar dapat menjalani kehidupan dengan baik kita harus mengimbangi
zaman ini dengan spiritualisme yang kuat. Salah satu contoh wujud dari
hedonisme yang menjangkiti siswa zaman sekarang adalah siswa malas membaca
materi pelajaran, hanya ingin dijelaskan secara langsung oleh guru, hal ini
dapat membuat siswa kehilangan jati dirinya, karena selalu berada di belakang bayang-bayang
guru, tidak mampu berpikir mandiri, pemikirannya tidak merdeka, merdeka yang
bertanggung jawab.
Beberapa filusuf mencoba mengungkap
rahasia dunia, termasuk Thales yang menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia
ini terbuat dari air. Ada orang yang ingin memutus tali ajaran filsafat di
dunia yaitu Comte. Comte merupakan tokoh aliran positifisme, yang menyatakan
“stop berfilsafat”. Comte menyatakan spiritual berada di bawah tradisional dan
tradisional berada di bawah modern. Spiritual dianggap menghambat kemajuan
peradaban manusia. Modern ini lah yang sekarang berwujud kapitalisme yang di
dalamnya terdapat pragmatisme, utilitarianisme, dan hedoneisme.
Bijaksananya orang belahan dunia
barat berbeda dengan bijaksananya orang Indonesia. Bijaksananya orang barat
adalah ketika mereka mampu untuk mencari, sedangkan bijaksananyaorang Indonesia
adalah ketika kita mampu untuk memberi. Kemampuan untuk memberi inilah jika
tidak diarahkan dengan baik dapat mengembangbiakkan potensi negatif dalam diri
orang Indonesia, sebagai contohnya adalah merajalelanya korupsi di Indonesia, koruptor
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, agar mampu memberi kepada para
pendukungnya atau pengikutnya untuk melanggengkan kedudukannya. Orang Indonesia
pun sudah jelas terlihat terkena aliran pragmatisme dan hedonisme, yaitu
sedikit bahkan tidak bekerja, tetapi menginginkan hasil yang banyak.
Ilmu Filsafat tidak disampaikan
oleh guru filsafat, tetapi kita sendiri yang membuatnya. Kita mempelajari
filsafat dengan cara banyak membaca tulisan para filusuf. Tujuan filsafat
adalah untuk memerdekakan pikiran kita, agar kita mampu berpikir secara mandiri
tidak berada di belakang bayang-bayang pemikiran guru, dan agar kita tidak
kehilangan jati diri.
Terimakasih
kepada Pak Marsigit dan teman-teman karena berkenan membaca dan mengomentari
tulisan saya. Mohon maaf jika saya melakukan kesalahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar