Kamis, 07 November 2013

Pemahaman 5


Refleksi 5. 25 Oktober 2013

Assalamu'alaikum wr. wb.
 

Belajar Filsafat dan Mengenal Beberapa Filusuf Beserta Pemikirannya

Keragu-raguan dalam pikiran adalah awal munculnya ilmu menurut Rene Descartes, akan tetapi jangan sekali-kali ragu di dalam hati. Filsafat atau oleh pikir merupakan urusan dunia, sedangkan hati merupakan urusan akhirat. Ketika merasakan keraguan berlebih, maka hentikan dulu pikiran kita dan kuatkan hati kita dengan cara menambah ilmu spiritual atau mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kita jadikan hati sebagai komandan kita.
Para filusuf tidak menyebarkan filsafat secara langsung. Para filusuf berpikir kemudian membuat karya berupa tulisan. Jadi para filusuf terkenal karena karya berupa tulisan hasil pemikirannya. Ada pula filusuf yang terkenal karena ada filusuf lain yang menulis biografinya, contohnya adalah Plato yang menulis biografi gurunya yaitu Socrates.
Emmanuel Kant disebut sebagai filusuf yang paling lengkap. Hal tersebut karena Emmanuel Kant adalah filusuf yang berada di “muara” sungai. “Muara” tersebut merupakan pertemuan antara beberapa sungai ”aliran filsafat” dari filususf-filususf sebelumya. Sesungguhnya antara filusuf yang satu dengan filusuf yang lain mempunyai keterkaitan, karena aliran filsafat diibaratkan sungai-sungai yang saling berhubungan. Sumber aliran sungainya adalah ada dua pemikiran, yaitu oleh Permenides yang menyatakan bahwa segala sesuatu itu tetap dan penentangnya yaitu Heraklitos yang menyatakan bahwa segala sesuaitu itu berubah.
Persoalan dalam filsafat adalah bagaimana kemampuan kita untuk menjelaskan apa yang kita pikirkan kepada orang lain. Akan tetapi jika sesuatu hal tersebut ada di luar pemikiran kita, maka persoalan filsafat adalah bagaimana kita dapat memahaminya. Pokok persoalan filsafat hanya ada dua seperti yang telah disebutkan, karena filsafat merupakan olah pikir.
Kita harus berhati-hati jika ingin memilih aliran filsafat untuk kita terapkan dalam kehidupan kita atau pikiran kita. Kita harus berusaha mempelajari banyaknya aliran filsafat dengan sebaik-baiknya, tidak sepotong-sepotong, dengan sebenar-benarnya, karena tidak sedikit aliran yang justru menyesatkan jika kita tidak mampu memahaminya dengan baik, contohnya adalah pernyataan Nitse “Tuhan telah mati”. Arti pernyataan tersebut adalah bahwa Tuhan telah mati di dalam hati manusia, manusia sudah tidak mengingat Tuhan lagi karena terlena dengan dunia. Saat ini adalah zaman kapitalisme, terlihat dan terasa sekali pragmatisme dan hedonisme manusia zaman sekarang. Agar dapat menjalani kehidupan dengan baik kita harus mengimbangi zaman ini dengan spiritualisme yang kuat. Salah satu contoh wujud dari hedonisme yang menjangkiti siswa zaman sekarang adalah siswa malas membaca materi pelajaran, hanya ingin dijelaskan secara langsung oleh guru, hal ini dapat membuat siswa kehilangan jati dirinya, karena selalu berada di belakang bayang-bayang guru, tidak mampu berpikir mandiri, pemikirannya tidak merdeka, merdeka yang bertanggung jawab.
Beberapa filusuf mencoba mengungkap rahasia dunia, termasuk Thales yang menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini terbuat dari air. Ada orang yang ingin memutus tali ajaran filsafat di dunia yaitu Comte. Comte merupakan tokoh aliran positifisme, yang menyatakan “stop berfilsafat”. Comte menyatakan spiritual berada di bawah tradisional dan tradisional berada di bawah modern. Spiritual dianggap menghambat kemajuan peradaban manusia. Modern ini lah yang sekarang berwujud kapitalisme yang di dalamnya terdapat pragmatisme, utilitarianisme, dan hedoneisme.
Bijaksananya orang belahan dunia barat berbeda dengan bijaksananya orang Indonesia. Bijaksananya orang barat adalah ketika mereka mampu untuk mencari, sedangkan bijaksananyaorang Indonesia adalah ketika kita mampu untuk memberi. Kemampuan untuk memberi inilah jika tidak diarahkan dengan baik dapat mengembangbiakkan potensi negatif dalam diri orang Indonesia, sebagai contohnya adalah merajalelanya korupsi di Indonesia, koruptor menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, agar mampu memberi kepada para pendukungnya atau pengikutnya untuk melanggengkan kedudukannya. Orang Indonesia pun sudah jelas terlihat terkena aliran pragmatisme dan hedonisme, yaitu sedikit bahkan tidak bekerja, tetapi menginginkan hasil yang banyak.
Ilmu Filsafat tidak disampaikan oleh guru filsafat, tetapi kita sendiri yang membuatnya. Kita mempelajari filsafat dengan cara banyak membaca tulisan para filusuf. Tujuan filsafat adalah untuk memerdekakan pikiran kita, agar kita mampu berpikir secara mandiri tidak berada di belakang bayang-bayang pemikiran guru, dan agar kita tidak kehilangan jati diri.
Terimakasih kepada Pak Marsigit dan teman-teman karena berkenan membaca dan mengomentari tulisan saya. Mohon maaf jika saya melakukan kesalahan.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar