Kamis, 17 Oktober 2013

Pemahaman 3


Nama   : Okky Riswandha Imawan (13709251050)
Kelas   : P. Mat D
Refleksi 3. 11 Oktober 2013

Assalamu'alaikum wr. wb.

Memahami Keutuhan Ilmu dan Dimensi dalam Filsafat

Allah SWT mendahului segala ciptaannya, jadi Allah SWT yang mengetahui sejarah segala ciptaannya. Manusia memiliki kemampuan yang terbatas, sehingga tidak dapat mengetahui semua hal, apalagi mengenai sejarah Filsafat Ketuhanan, manusia tidak akan mampu. Di dunia ini tidak sema hal dapat dijangkau oleh manusia, yang tidak dapat dijangkau oleh manusia adalah rahasia Allah SWT.
Filsafat merupakan olah pikir sedangkan spiritual merupakan olah hati. Ada kalanya ketika bersprititual kita harus menghentikan pikiran kita, akan tetapi ada saatnya pula ketika berspiritual kita juga dapat menggunakan pikiran kita, contohnya adalah kita menggunakan pikiran kita untuk dapat melakukan ibadah sesuai aturan yang benar. Kualitas spiritual seseorang hanya Allah SWT yang mengetahuinya dan dapat menilainya.
Proses dan bahan penyusun alam semesta merupakan rahasia Allah SWT. Sampai saat ini tidak ada manusia yang mampu menjelaskannya secara benar, karena memang kenyataannya adalah rahasia Allah SWT. Pikiran memang terus menerus ingin mencari tahu segala hal yang ada maupun yang mungkin ada, jadi kita harus mengendalikan keaktifan pikiran kita dengan hati kita. Kebenaran dalam filsafat adalah sebaik-baiknya kemampuan untuk menjelasakan berdasarkan sumber yang valid, yaitu pikiran para filusuf dan pengalaman.
Ilmu bukanlah sesuatu yang dapat diperoleh dengan instan dan cepat, karena ilmu adalah perpaduan antara olah pikir dan pengalaman, bukan hanya salah satunya saja, harus lengkap pikiran dan pengalaman. Inti dari pembelajaran adalah pemahaman. Memang benar bahwa hafalan merupakan salah satu tahap dari pemahaman, akan tetapi jika hanya hafalan tanpa pemahaman, maka pengetahuan tersebut tidak bermakna.
Filsafat berada dalam dimensi, yaitu dimensi material, formal, dan normatif, dan di atasnya filsafat ada dimensi spiritual. Tidak mudah untuk memahami dimensi-dimensi tersebut, kita membutuhkan olah pikir yang kuat dan pengalaman yang cukup untuk dapat memahaminya sehingga dapat membedakan dimensi-dimensi tersebut dengan benar. Sebagai contoh dalam filsafat yang bersifat material adalah buku-buku filsafat dan lain sebagainya. Dalam filsafat yang merupakan tokoh formal diantaranya adalah Plato, Aristoteles, Thales, Permenides, Herakritos, dan lain sebagainya. Dlam filsafat yang bersifat normative adalah pemikiran para para filusuf tersebut.
Sulit untuk mencari perbedaan antara kebanggan dengan kesombingan, karena keduanya merupakan predikan pada manusia. Di dunia ini manusia adalah multi-face, sehingga dapat memunculkan berbagai sikap dan sifat yang berubah-ubah. Oleh karena itu manusia tak pernah mampu mencapai namanya, hanya Allah SWT-lah yang sama dengan namanya.
Keragu-raguan adalah paham dari Rene Descartes. Keragu-raguan dapat menjadi ilmu karena pengetahuan diperoleh setelah meragukan sesuatu kemudian mencari kebenarannya. Sedangkan untuk keimanan kita kepada Allah SWT dan segala ciptaannya kita tidak perlu untuk menanamkan paham keragu-raguan.

Terimakasih kepada Pak Marsigit dan teman-teman karena berkenan membaca dan mengomentari tulisan saya. Mohon maaf jika saya melakukan kesalahan.

Selasa, 01 Oktober 2013

Pemahaman 2: Memahami lebih jauh tentang filsafat



Assalamu'alaikum wr. wb.
Okky Riswandha Imawan (13709251050), PPs UNY, P. Mat. 2013, Kelas D.


Memahami lebih jauh tentang Filsafat

Ketika ingin berfilsafat mulailah dengan hal yang sederhana, biasa saja, bahkan dari hal yang disepelekan kebanyakan orang. Misalnya ketika kita melihat sendok bekas yang tergeletak di jendela, kenapa sendok bekas tersebut bisa tergeletak di jendela? bukankah sendok berhubungan dengan makanan, tempat makan, dapur, atau tempat cuci piring? Ataukah sendok tersebut sedang menunggu untuk dibersihkan untuk digunakan kembali, atau sebenarnya sendok tersebut sedang beristirahat dari fungsinya, ingin menyendiri sejenak, di tempat yang sebenarnya bukan tempatnya, merasakan suasana baru. Wah, mohon maaf, mungkin saya terlalu berimajinasi.
Objek dan laboratorium filsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada. Jadi tanpa membawa atau menyiapkan apa-apa kita dapat belajar filsafat, karena segalanya telah tersedia di alam. Akan tetapi saya rasa kita tidak dapat sembarangan berfilsafat, karena berfilsafat harus merefer atau berdasarkan pemikiran para filusuf. Jadi untuk dapat berfilsafat dengan baik dan benar harus belajar, membaca, dan terus membaca pemikiran para filusif.
Sebelum berfilsafat kita harus berdoa terlebih dahulu, memohon kekuatan dan bimbingan dari Allah SWT. Filsafat merupakan olah pikir, pikiran kita memiki keterbatasan, jadi jangan terlalu dipaksakan, karena dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan jika kita salah paham. Dalam belajar berfilsafat kita pun harus ikhlas, karena betapapun beratnya belajar filsafat, membaca, membaca, dan terus membaca, itu merupakan konsekuensi dari keputusan kita untuk belajar filsafat.
Filsafat berhubungan dengan ruang dan waktu. Dalam filsafat terdapat dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi horizontal adalah dimensi yang di dalamnya terdapat orang-orang dengan kedudukan yang sama didunia, dan cenderung sebagai orang biasa. Sedangkan dimensi vertikal adalah dimensi yang di dalamnya terdapat orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi di dunia, dan cenderung orang-orang yang berada di golongan atas. Nyanyian orang-orang dalam dimensi horizontal berhubungan dengan kehidupan sehari yang biasa-biasa saja, sedangkan nyanyian orang-orang di dimensi vertikal lebih bertemakan kepahlawanan, perjuangan, kekuasaan, dan lain sebagainya. Antara suatu dimensi dengan dimensi yang lain saling terhubung dan membentuk harmoni.
Salah satu tujuan filsafat adalah mencapai kehidupan yang komprehensif dan holistik. Komprehensif dapat diartikan lengkap, mencakup hal-hal yang bersifat luas, sedangkan holistik dapat diartikan kokoh, tidak ada gangguan, keadaan yang tenang terkendali. Sebagai analogi holistik adalah air mineral dalam kemasan gelas plastik yang tertutup rapat, air mineral tersebut tidak akan tumpah karena terjaga oleh kekuatan setiap sisi dari gelas plastik tersebut.
Segala yang terjadi di dunia ini adalah takdir, sedangkan segala yang dapat dirubah merupakan hasil dari ikhtiar kita. Begitu banyak ciptaan Allah SWT di dunia ini, semuanya saling melengkapi, saling berpengaruh dan menciptakan keseimbangan. Dengan keseimbangan tersebut maka terciptalah harmoni kehidupan di dunia ini. Di beberapa sisi, Indonesia tertihat memprihatinkan, menyedihkan, mengecewakan, akan tetapi jika dilihat dari sisi lainnya terdapat hal-hal yang baik, memuaskan, membanggakan dari Indonesia. Hal tersebut menunjukkan adanya keharmonian yang Allah SWT anugerahkan kepada tanah air kita Indonesia, kita patut bersyukur.
Untuk menjawab pertanyaan filsafat, kita juga harus menjawabnya dengan filsafat. Minimal kita harus memahami atau mengetahui tentang tingkatan dimensi dari yang terbawah yaitu material, formal, normative, filsafat, dan spiritual. Pengetahuan adalah gabungan dari logika, rasionalitas, dan pengalaman. Ketiganya terus berinteraksi melahirkan tesis, antitesis, sintesis, secara terus menerus. Filsafat mengajarkan kita untuk ikhlas dalam belajar, bekerja, dan bertindak apapun, dan juga tidak menilai orang dari luarnya.
Untuk menjawab pertanyaan filsafat pun harus berdasarkan pemikiran para filusuf. Sebagai contoh jika ada pertanyaan “mengapa kita sekolah?”, jawabannya adalah karena ideal. Jawaban tersebut merunut seorang filusuf bernama Plato. Alasan kita sekolah adalah untuk menggapai cita-cita yang kita pikirkan di otak kita. Cita-cita ini adalah wujud idealisme, seperti yang telah dinyatakan oleh Plato bahwa yang kita pikirkan adalah idea dan yang terjadi di dunia adalah bayangan dari idea kita.
Filsafat merupakan akumulasi dari segala ilmu yang kita peroleh. Oleh karena itu setiap kata dalam filsafat dapat mewakili dunia. Kita tahu bahwa konstruktivisme pendidikan merunut pada teori Piaget, dan untuk filsafat, konstruktivismenya merunut pada pemikiran Emanuel Khan, Aristoteles, dan para filusuf lainya. Lebih tinggi lagi, maka konstrutivisme filsafat berdasarkan pemikiran Herakritos dan Permenides. Permenides menyatakan bahwa segala sesuatu itu tetap, sedangkan Herakrios menyatakan bahwa segala sesuatu itu berubah.
Filsafat erat kaitannya dengan hakekat. Begitu banyak segala yang ada di dunia ini, belum lagi yang mungkin ada. Akan tetapi kita tidak perlu tahu tentang hakekat segala sesuatu, karena kemampuan tersebut tidak etis, bayangkan saja betapa bingungnya pikiran kita jika dapat mengetahui segala sesuatu. Untuk mengetahui diri sendiri pun tidaklah mudah, artinya yang sedikit saja belum tentu kita pahami seluruhnya. Konsekuensi dari ketidakmampuan kita dalam memahami segala sesuatu adalah seharusnya kita bersyukur akan keterbatasan yang Allah SWT anugerahkan kepada kita.


         Terimakasih kepada Pak Marsigit dan teman-teman karena berkenan membaca dan mengomentari tulisan saya. Mohon maaf jika saya melakukan kesalahan.