Selasa, 01 Oktober 2013

Pemahaman 2: Memahami lebih jauh tentang filsafat



Assalamu'alaikum wr. wb.
Okky Riswandha Imawan (13709251050), PPs UNY, P. Mat. 2013, Kelas D.


Memahami lebih jauh tentang Filsafat

Ketika ingin berfilsafat mulailah dengan hal yang sederhana, biasa saja, bahkan dari hal yang disepelekan kebanyakan orang. Misalnya ketika kita melihat sendok bekas yang tergeletak di jendela, kenapa sendok bekas tersebut bisa tergeletak di jendela? bukankah sendok berhubungan dengan makanan, tempat makan, dapur, atau tempat cuci piring? Ataukah sendok tersebut sedang menunggu untuk dibersihkan untuk digunakan kembali, atau sebenarnya sendok tersebut sedang beristirahat dari fungsinya, ingin menyendiri sejenak, di tempat yang sebenarnya bukan tempatnya, merasakan suasana baru. Wah, mohon maaf, mungkin saya terlalu berimajinasi.
Objek dan laboratorium filsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada. Jadi tanpa membawa atau menyiapkan apa-apa kita dapat belajar filsafat, karena segalanya telah tersedia di alam. Akan tetapi saya rasa kita tidak dapat sembarangan berfilsafat, karena berfilsafat harus merefer atau berdasarkan pemikiran para filusuf. Jadi untuk dapat berfilsafat dengan baik dan benar harus belajar, membaca, dan terus membaca pemikiran para filusif.
Sebelum berfilsafat kita harus berdoa terlebih dahulu, memohon kekuatan dan bimbingan dari Allah SWT. Filsafat merupakan olah pikir, pikiran kita memiki keterbatasan, jadi jangan terlalu dipaksakan, karena dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan jika kita salah paham. Dalam belajar berfilsafat kita pun harus ikhlas, karena betapapun beratnya belajar filsafat, membaca, membaca, dan terus membaca, itu merupakan konsekuensi dari keputusan kita untuk belajar filsafat.
Filsafat berhubungan dengan ruang dan waktu. Dalam filsafat terdapat dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi horizontal adalah dimensi yang di dalamnya terdapat orang-orang dengan kedudukan yang sama didunia, dan cenderung sebagai orang biasa. Sedangkan dimensi vertikal adalah dimensi yang di dalamnya terdapat orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi di dunia, dan cenderung orang-orang yang berada di golongan atas. Nyanyian orang-orang dalam dimensi horizontal berhubungan dengan kehidupan sehari yang biasa-biasa saja, sedangkan nyanyian orang-orang di dimensi vertikal lebih bertemakan kepahlawanan, perjuangan, kekuasaan, dan lain sebagainya. Antara suatu dimensi dengan dimensi yang lain saling terhubung dan membentuk harmoni.
Salah satu tujuan filsafat adalah mencapai kehidupan yang komprehensif dan holistik. Komprehensif dapat diartikan lengkap, mencakup hal-hal yang bersifat luas, sedangkan holistik dapat diartikan kokoh, tidak ada gangguan, keadaan yang tenang terkendali. Sebagai analogi holistik adalah air mineral dalam kemasan gelas plastik yang tertutup rapat, air mineral tersebut tidak akan tumpah karena terjaga oleh kekuatan setiap sisi dari gelas plastik tersebut.
Segala yang terjadi di dunia ini adalah takdir, sedangkan segala yang dapat dirubah merupakan hasil dari ikhtiar kita. Begitu banyak ciptaan Allah SWT di dunia ini, semuanya saling melengkapi, saling berpengaruh dan menciptakan keseimbangan. Dengan keseimbangan tersebut maka terciptalah harmoni kehidupan di dunia ini. Di beberapa sisi, Indonesia tertihat memprihatinkan, menyedihkan, mengecewakan, akan tetapi jika dilihat dari sisi lainnya terdapat hal-hal yang baik, memuaskan, membanggakan dari Indonesia. Hal tersebut menunjukkan adanya keharmonian yang Allah SWT anugerahkan kepada tanah air kita Indonesia, kita patut bersyukur.
Untuk menjawab pertanyaan filsafat, kita juga harus menjawabnya dengan filsafat. Minimal kita harus memahami atau mengetahui tentang tingkatan dimensi dari yang terbawah yaitu material, formal, normative, filsafat, dan spiritual. Pengetahuan adalah gabungan dari logika, rasionalitas, dan pengalaman. Ketiganya terus berinteraksi melahirkan tesis, antitesis, sintesis, secara terus menerus. Filsafat mengajarkan kita untuk ikhlas dalam belajar, bekerja, dan bertindak apapun, dan juga tidak menilai orang dari luarnya.
Untuk menjawab pertanyaan filsafat pun harus berdasarkan pemikiran para filusuf. Sebagai contoh jika ada pertanyaan “mengapa kita sekolah?”, jawabannya adalah karena ideal. Jawaban tersebut merunut seorang filusuf bernama Plato. Alasan kita sekolah adalah untuk menggapai cita-cita yang kita pikirkan di otak kita. Cita-cita ini adalah wujud idealisme, seperti yang telah dinyatakan oleh Plato bahwa yang kita pikirkan adalah idea dan yang terjadi di dunia adalah bayangan dari idea kita.
Filsafat merupakan akumulasi dari segala ilmu yang kita peroleh. Oleh karena itu setiap kata dalam filsafat dapat mewakili dunia. Kita tahu bahwa konstruktivisme pendidikan merunut pada teori Piaget, dan untuk filsafat, konstruktivismenya merunut pada pemikiran Emanuel Khan, Aristoteles, dan para filusuf lainya. Lebih tinggi lagi, maka konstrutivisme filsafat berdasarkan pemikiran Herakritos dan Permenides. Permenides menyatakan bahwa segala sesuatu itu tetap, sedangkan Herakrios menyatakan bahwa segala sesuatu itu berubah.
Filsafat erat kaitannya dengan hakekat. Begitu banyak segala yang ada di dunia ini, belum lagi yang mungkin ada. Akan tetapi kita tidak perlu tahu tentang hakekat segala sesuatu, karena kemampuan tersebut tidak etis, bayangkan saja betapa bingungnya pikiran kita jika dapat mengetahui segala sesuatu. Untuk mengetahui diri sendiri pun tidaklah mudah, artinya yang sedikit saja belum tentu kita pahami seluruhnya. Konsekuensi dari ketidakmampuan kita dalam memahami segala sesuatu adalah seharusnya kita bersyukur akan keterbatasan yang Allah SWT anugerahkan kepada kita.


         Terimakasih kepada Pak Marsigit dan teman-teman karena berkenan membaca dan mengomentari tulisan saya. Mohon maaf jika saya melakukan kesalahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar